Menteri pertahanan Prancis, Jean-Yves Le Drian, menyalahkan Turki setelah upaya penangkapan tiga mantan pejihad yang kembali dari Suriah gagal total karena aparat Turki menempatkan ketiganya di pesawat lain. Penjagaan keamanan diperketat di seluruh Prancis, tapi tiga pejihad bisa berkeliaran leluasa.
Aparat keamanan Prancis menunggu di bandara Paris, namun ketiganya tak ada di pesawat yang direncanakan itu karena aparat Turki menempatkannya dalam pesawat menuju Marseille, di Prancis selatan.
Ketiganya adalah Imad Djebali -yang pernah dipenjara empat tahun untuk kasus terorisme- Abdelouahed Baghdali, dan Gael Maurize.
Menurut koran Le Monde, Februari lalu mereka berangkat ke Suriah untuk bergabung dengan kelompok jihad yang menamakan diri Negara Islam namun kecewa karena mendapati kenyataan yang berbeda lalu menyerahkan diri pada polisi Turki di perbatasan.
Bulan Agustus lalu, mereka meminta untuk dikirim pulang ke Prancis dan polisi Turki sempat menahan ketiganya selama tiga pekan untuk 'pelanggaran izin tinggal'.
Hari Selasa (23/09), kapten pilot pesawat penerbangan Istanbul-Paris menolak untuk menerbangkan ketiganya dengan alasan dokumen-dokumen mereka tak lengkap.
Polisi Turki kemudian menempatkan mereka dalam pesawat lain dengan tujuan Prancis namun arahnya ke Marseille, tanpa memberitahu sejawat mereka di Prancis, lapor Le Monde.Kantor polisi kosong Ketiga pejihad eks Suriah diangkut polisi sesudah skandal salah jemput pesawat.
Polisi Prancis yang bersiap di bandara Paris tentu tak mendapati ketiga pejihad yang ditunggu.
Sementara di Bandara Marseile, ketiga pejihad bisa dengan leluasa keluar bandara tanpa kesulitan apapun di imigrasi, dan sempat jalan-jalan di La Caneberie, kawasan populer Marseille.
Rabu pagi, ketiganya datang ke kantor polisi di Le Caylar, sebuah desa kecil 230km barat Marseille.
Namun saat memencet bel, tak ada seorang pun di kantor polisi itu, karena para gendarmes atau polisi sudah keluar semua untuk mencarinya, kata seorang pengacara mereka kepada media.
Baru kemudian, polisi mengangkut mereka ke Montpelier.
Ketiga orang itu, kata sang pengacara, bermaksud menyerahkan diri dan menjelaskan segalanya kepada polisi dan sistem hukum namun terkejut sendiri karena mereka tidak ditanyai saat mereka mendarat.
Skandal ini lebih memalukan lagi karena terjadi justru di saat Prancis meningkatkan status kesiagaan menghadapi terorisme terkait kemungkinan kembalinya para pejihad warga Prancis dari Suriah.
Juga ada ancaman khusus dari kelompok Negara Islam untuk menyasar Prancis, sedang di Aljazair seorang warga Prancis diculik sebuah kelompok yang terkait Negara Islam.
Aparat keamanan Prancis menunggu di bandara Paris, namun ketiganya tak ada di pesawat yang direncanakan itu karena aparat Turki menempatkannya dalam pesawat menuju Marseille, di Prancis selatan.
Ketiganya adalah Imad Djebali -yang pernah dipenjara empat tahun untuk kasus terorisme- Abdelouahed Baghdali, dan Gael Maurize.
Menurut koran Le Monde, Februari lalu mereka berangkat ke Suriah untuk bergabung dengan kelompok jihad yang menamakan diri Negara Islam namun kecewa karena mendapati kenyataan yang berbeda lalu menyerahkan diri pada polisi Turki di perbatasan.
Bulan Agustus lalu, mereka meminta untuk dikirim pulang ke Prancis dan polisi Turki sempat menahan ketiganya selama tiga pekan untuk 'pelanggaran izin tinggal'.
Hari Selasa (23/09), kapten pilot pesawat penerbangan Istanbul-Paris menolak untuk menerbangkan ketiganya dengan alasan dokumen-dokumen mereka tak lengkap.
Polisi Turki kemudian menempatkan mereka dalam pesawat lain dengan tujuan Prancis namun arahnya ke Marseille, tanpa memberitahu sejawat mereka di Prancis, lapor Le Monde.Kantor polisi kosong Ketiga pejihad eks Suriah diangkut polisi sesudah skandal salah jemput pesawat.
Polisi Prancis yang bersiap di bandara Paris tentu tak mendapati ketiga pejihad yang ditunggu.
Sementara di Bandara Marseile, ketiga pejihad bisa dengan leluasa keluar bandara tanpa kesulitan apapun di imigrasi, dan sempat jalan-jalan di La Caneberie, kawasan populer Marseille.
Rabu pagi, ketiganya datang ke kantor polisi di Le Caylar, sebuah desa kecil 230km barat Marseille.
Namun saat memencet bel, tak ada seorang pun di kantor polisi itu, karena para gendarmes atau polisi sudah keluar semua untuk mencarinya, kata seorang pengacara mereka kepada media.
Baru kemudian, polisi mengangkut mereka ke Montpelier.
Ketiga orang itu, kata sang pengacara, bermaksud menyerahkan diri dan menjelaskan segalanya kepada polisi dan sistem hukum namun terkejut sendiri karena mereka tidak ditanyai saat mereka mendarat.
Skandal ini lebih memalukan lagi karena terjadi justru di saat Prancis meningkatkan status kesiagaan menghadapi terorisme terkait kemungkinan kembalinya para pejihad warga Prancis dari Suriah.
Juga ada ancaman khusus dari kelompok Negara Islam untuk menyasar Prancis, sedang di Aljazair seorang warga Prancis diculik sebuah kelompok yang terkait Negara Islam.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.