Polisi menggelandang salah seorang dari tujuh terduga anggota Islam State Iraq and Syiria (ISIS) di Kantor Polda Sulawesi Tengah di Palu, Sabtu 13 September 2014. ANTARA/Basri Marzuki
Detasemen Khusus Antiteror 88 menangkap empat warga negara asing di Poso, Sulawesi Tengah, hari ini. Markas Besar Kepolisian Republik Indonesia membenarkan adanya penangkapan tersebut.
"Iya benar," kata Kepala Biro Penerangan Masyarakat Hubungan Masyarakat Polri, Brigadir Jenderal Boy Rafli Amar, melalui pesan singkat kepada Tempo, Sabtu, 13 September 2014.
Sumber Tempo di Kepolisian menyebutkan orang asing yang ditangkap itu berkewarganegaraan Turki. Boy belum memberikan konfirmasi ihwal informasi ini. Kepala Divisi Humas Mabes Polri Inspektur Jenderal Ronny Sompie mengatakan Densus 88 menemukan paspor Turki di lokasi penangkapan.
Keempat warga negara asing tersebut rencananya akan diterbangkan ke Jakarta besok pagi. Mereka akan dibawa dari Poso ke terminal 2 Bandara Soekarno-Hatta, Cengkareng, Tangerang.
Poso adalah daerah rawan konflik. Di sana, kerap terjadi aksi teror terhadap masyarakat ataupun aparat keamanan. Pada Maret lalu, aparat Brimob Polda Sulteng baku tembak dengan kelompok terduga teroris di Poso, Pesisir Utara.Selain 4 Warga Turki, Densus 88 Tangkap 3 WNI Detasemen Khusus Antiteror 88 tidak hanya menangkap empat warga negara Turki di Poso, Sulawesi Tengah, Sabtu, 13 September 2014. Densus 88 justru lebih dulu membekuk tiga warga Indonesia.
Kepala Divisi Hubungan Masyarakat Mabes Polri Inspektur Jenderal Ronny F. Sompie mengatakan ketiga orang itu adalah Saiful Priatna, M. Irfan, dan Yudit Candra. Mereka ditangkap di Parigi Moutong, sekitar dua jam bermobil dari Kota Palu, pukul 02.30 Wita.
"Saiful keterlibatannya menyembunyikan DPO teroris Mukhtar alias Romi," katanya lewat pesan pendek kepada Tempo, Sabtu, 13 September 2014. Sedangkan Irfan dan Yudit, kata Ronny, menjemput keempat warga negara Turki itu di Makassar, Sulawesi Selatan.
Densus 88 membuntuti Saiful, Irfan, Yudit, dan keempat WNA tersebut dari tempat kos di Jalan Banteng, Touwa, Palu. "Mobil yang ditumpangi ketujuh orang itu menuju Poso," ucap Ronny.
Ronny mengatakan, sekitar pukul 02.00, aparat kepolisian dari Polres Parigi Moutong menggelar razia. Mobil tersebut lalu berputar arah ke Toboli. "Setelah dilakukan pengejaran, akhirnya mobil berhenti di kampung Marantale," katanya.
Saiful, Irfan, dan Yudit pun ditangkap Densus 88 di sebuah rumah. Adapun keempat WNA itu sempat melarikan diri ke arah gunung sebelum akhirnya dibekuk. "Barang bukti yang disita mobil Avanza warna merah, paspor Ahmed Bozoglan, kompas, dan peralatan makan," kata Ronny.Alasan Warga Turki Kunjungi Poso Polisi menggelandang salah seorang dari tujuh terduga anggota Islam State Iraq and Syiria (ISIS) di Kantor Polda Sulawesi Tengah di Palu, Sabtu 13 September 2014. ANTARA/Basri Marzuki
Kepala Bidang Penerangan Masyarakat Brigadir Jenderal Boy Raffli Amar menduga keempat terduga teroris asal Turki terlibat dalam jaringan Majelis Mujahidin Indonesia Timur pimpinan Santoso. Dugaan ini menurut Boy, dilatarbelakangi keterlibatan anggota MIT dalam kedatangan keempat orang tersebut di Indonesia. "Mereka diduga ingin membantu tindak terorisme di Poso," kata Boy pada Ahad, 14 September 2014.
Boy mengatakan polisi belum bisa menyebutkan keempat nama terduga teroris asing tersebut. Satu nama yang baru terkuak adalah Ahmad Bozoglan.
Polisi menangkap mereka di sebuah rumah di daerah Touwa, Palu, Sulawesi Tengah. Mereka dibekuk polisi pada Sabtu, 13 Desember 2014, pukul 02.30 Wita. Pukul 09.00 WIB, mereka sampai di Bandara Soekarno Hatta untuk kemudian diperiksa di Markas Brimob, Depok, Jawa Barat.
Boy mengungkapkan penangkapan mereka didahului penangkapan Saiful, Irfan, dan Yudit. Saiful diduga menyembunyikan terduga terorisme bernama Romy. Sedangkan Irfan dan Yudit berperan mengantar keempat warga Turki tersebut dari Bandara Sultan Hasanuddin, Makassar, ke Poso, Sulawesi Tengah.
Menurut Kepala Divisi Hubungan Masyarakat Markas Besar Kepolisian Inspektur Jenderal Ronny Frengky Sompie, keempat warga Turki itu hendak menemui pimpinan Majelis Mujahidin Indonesia Timur. "Saat penangkapan mereka berusaha lari," kata Ronny.
Ronny menyatakan polisi belum berhasil menggali informasi alasan warga negara Turki itu untuk bertemu dengan pemimpin Mujahidin Indonesia Timur. Saat ini, ketujuh tersangka akan dibawa ke Jakarta untuk menjalani pemeriksaan. Detasemen Khusus Antiteror 88 yang melakukan penangkapan juga belum mengumumkan identitas para tersangka. "Masih dalam pengembangan penyelidikan," ujarnya.
Detasemen Khusus Antiteror 88 menangkap empat warga negara asing di Poso, Sulawesi Tengah, hari ini. Markas Besar Kepolisian Republik Indonesia membenarkan adanya penangkapan tersebut.
"Iya benar," kata Kepala Biro Penerangan Masyarakat Hubungan Masyarakat Polri, Brigadir Jenderal Boy Rafli Amar, melalui pesan singkat kepada Tempo, Sabtu, 13 September 2014.
Sumber Tempo di Kepolisian menyebutkan orang asing yang ditangkap itu berkewarganegaraan Turki. Boy belum memberikan konfirmasi ihwal informasi ini. Kepala Divisi Humas Mabes Polri Inspektur Jenderal Ronny Sompie mengatakan Densus 88 menemukan paspor Turki di lokasi penangkapan.
Keempat warga negara asing tersebut rencananya akan diterbangkan ke Jakarta besok pagi. Mereka akan dibawa dari Poso ke terminal 2 Bandara Soekarno-Hatta, Cengkareng, Tangerang.
Poso adalah daerah rawan konflik. Di sana, kerap terjadi aksi teror terhadap masyarakat ataupun aparat keamanan. Pada Maret lalu, aparat Brimob Polda Sulteng baku tembak dengan kelompok terduga teroris di Poso, Pesisir Utara.Selain 4 Warga Turki, Densus 88 Tangkap 3 WNI Detasemen Khusus Antiteror 88 tidak hanya menangkap empat warga negara Turki di Poso, Sulawesi Tengah, Sabtu, 13 September 2014. Densus 88 justru lebih dulu membekuk tiga warga Indonesia.
Kepala Divisi Hubungan Masyarakat Mabes Polri Inspektur Jenderal Ronny F. Sompie mengatakan ketiga orang itu adalah Saiful Priatna, M. Irfan, dan Yudit Candra. Mereka ditangkap di Parigi Moutong, sekitar dua jam bermobil dari Kota Palu, pukul 02.30 Wita.
"Saiful keterlibatannya menyembunyikan DPO teroris Mukhtar alias Romi," katanya lewat pesan pendek kepada Tempo, Sabtu, 13 September 2014. Sedangkan Irfan dan Yudit, kata Ronny, menjemput keempat warga negara Turki itu di Makassar, Sulawesi Selatan.
Densus 88 membuntuti Saiful, Irfan, Yudit, dan keempat WNA tersebut dari tempat kos di Jalan Banteng, Touwa, Palu. "Mobil yang ditumpangi ketujuh orang itu menuju Poso," ucap Ronny.
Ronny mengatakan, sekitar pukul 02.00, aparat kepolisian dari Polres Parigi Moutong menggelar razia. Mobil tersebut lalu berputar arah ke Toboli. "Setelah dilakukan pengejaran, akhirnya mobil berhenti di kampung Marantale," katanya.
Saiful, Irfan, dan Yudit pun ditangkap Densus 88 di sebuah rumah. Adapun keempat WNA itu sempat melarikan diri ke arah gunung sebelum akhirnya dibekuk. "Barang bukti yang disita mobil Avanza warna merah, paspor Ahmed Bozoglan, kompas, dan peralatan makan," kata Ronny.Alasan Warga Turki Kunjungi Poso Polisi menggelandang salah seorang dari tujuh terduga anggota Islam State Iraq and Syiria (ISIS) di Kantor Polda Sulawesi Tengah di Palu, Sabtu 13 September 2014. ANTARA/Basri Marzuki
Kepala Bidang Penerangan Masyarakat Brigadir Jenderal Boy Raffli Amar menduga keempat terduga teroris asal Turki terlibat dalam jaringan Majelis Mujahidin Indonesia Timur pimpinan Santoso. Dugaan ini menurut Boy, dilatarbelakangi keterlibatan anggota MIT dalam kedatangan keempat orang tersebut di Indonesia. "Mereka diduga ingin membantu tindak terorisme di Poso," kata Boy pada Ahad, 14 September 2014.
Boy mengatakan polisi belum bisa menyebutkan keempat nama terduga teroris asing tersebut. Satu nama yang baru terkuak adalah Ahmad Bozoglan.
Polisi menangkap mereka di sebuah rumah di daerah Touwa, Palu, Sulawesi Tengah. Mereka dibekuk polisi pada Sabtu, 13 Desember 2014, pukul 02.30 Wita. Pukul 09.00 WIB, mereka sampai di Bandara Soekarno Hatta untuk kemudian diperiksa di Markas Brimob, Depok, Jawa Barat.
Boy mengungkapkan penangkapan mereka didahului penangkapan Saiful, Irfan, dan Yudit. Saiful diduga menyembunyikan terduga terorisme bernama Romy. Sedangkan Irfan dan Yudit berperan mengantar keempat warga Turki tersebut dari Bandara Sultan Hasanuddin, Makassar, ke Poso, Sulawesi Tengah.
Menurut Kepala Divisi Hubungan Masyarakat Markas Besar Kepolisian Inspektur Jenderal Ronny Frengky Sompie, keempat warga Turki itu hendak menemui pimpinan Majelis Mujahidin Indonesia Timur. "Saat penangkapan mereka berusaha lari," kata Ronny.
Ronny menyatakan polisi belum berhasil menggali informasi alasan warga negara Turki itu untuk bertemu dengan pemimpin Mujahidin Indonesia Timur. Saat ini, ketujuh tersangka akan dibawa ke Jakarta untuk menjalani pemeriksaan. Detasemen Khusus Antiteror 88 yang melakukan penangkapan juga belum mengumumkan identitas para tersangka. "Masih dalam pengembangan penyelidikan," ujarnya.
★ Tempo
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.