Laksamana Maeda (Wikipedia) ☠
Nama Laksamana Muda Maeda boleh saja harum dalam catatan sejarah Indonesia. Namun hal tersebut bertolak belakang dengan kehidupannya sebagai warga Jepang, terutama sebagai perwira tinggi Angkatan Laut negeri matahari terbit itu.
Usai Proklamasi kemerdekaan Indonesia, Jepang harus angkat kaki dari tanah air. Dari situ menjadi titik awal hancurnya karier militer dan politik Laksamana Maeda.
Usai Indonesia merdeka, Laksamana Maeda ditangkap sekutu dan dijebloskan ke penjara hingga tahun 1947. Dia dianggap sebagai pengkhianat sekutu karena membantu mempersiapkan kemerdekaan Indonesia, negara yang sedang dijajah Jepang dan diincar sekutu.
Ternyata hukuman yang harus diterima Maeda tak hanya sampai di penjara. Sepulangnya ke Jepang, Maeda diseret ke Mahkamah Militer.
"Setelah kembali ke Tokyo, ayah saya menghadapi pengadilan Mahkamah Militer," kata putra Laksamana Maeda, Nishimura Maeda, saat berbincang di Museum Perumusan Naskah Proklamasi, Jl Imam Bondjol, Jakpus, Minggu (16/8/2015). Nishimura berada di Jakarta dalam agenda Napak Tilas Proklamasi yang diadakan museum di bawah Ditjen Kebudayaan, Kemdikbud, itu. Nishimura mengaku telah dihubungi Komunitas Majapahit sejak beberapa tahun lalu. Nishimura Maeda (Foto: Ikhwanul Habibi) ☠
Nishimura bercerita, ayahnya dinyatakan tidak bersalah oleh Mahkamah Militer Jepang. Namun, Maeda malah memilih mundur dari dunia militer dan menjadi rakyat biasa.
"Ayah saya dinyatakan bebas dan memutuskan untuk mundur dari politik dan militer. Setelah itu menjalani hidup sebagai rakyat biasa," kata Nishimura dalam bahasa Jepang yang kemudian diterjemahkan dalam bahasa Indonesia.
Putra Laksamana Maeda itu membantah saat ayahnya disebut diseret ke Mahkamah Militer Jepang karena membantu mempersiapkan kemerdekaan Indonesia. Menurutnya, Maeda memang telah lama diincar untuk dijadikan kambing hitam kegagalan Jepang.
"Beliau diperkarakan bukan karena membantu Indonesia, tapi dari dulu ditarget sebagai petinggi militer dan harus dipersalahkan," tutur Nishimura yang datang untuk melihat rumah ayahnya yang dijadikan tempat perumusan Teks Proklamasi itu. (kha/mad)
Nama Laksamana Muda Maeda boleh saja harum dalam catatan sejarah Indonesia. Namun hal tersebut bertolak belakang dengan kehidupannya sebagai warga Jepang, terutama sebagai perwira tinggi Angkatan Laut negeri matahari terbit itu.
Usai Proklamasi kemerdekaan Indonesia, Jepang harus angkat kaki dari tanah air. Dari situ menjadi titik awal hancurnya karier militer dan politik Laksamana Maeda.
Usai Indonesia merdeka, Laksamana Maeda ditangkap sekutu dan dijebloskan ke penjara hingga tahun 1947. Dia dianggap sebagai pengkhianat sekutu karena membantu mempersiapkan kemerdekaan Indonesia, negara yang sedang dijajah Jepang dan diincar sekutu.
Ternyata hukuman yang harus diterima Maeda tak hanya sampai di penjara. Sepulangnya ke Jepang, Maeda diseret ke Mahkamah Militer.
"Setelah kembali ke Tokyo, ayah saya menghadapi pengadilan Mahkamah Militer," kata putra Laksamana Maeda, Nishimura Maeda, saat berbincang di Museum Perumusan Naskah Proklamasi, Jl Imam Bondjol, Jakpus, Minggu (16/8/2015). Nishimura berada di Jakarta dalam agenda Napak Tilas Proklamasi yang diadakan museum di bawah Ditjen Kebudayaan, Kemdikbud, itu. Nishimura mengaku telah dihubungi Komunitas Majapahit sejak beberapa tahun lalu. Nishimura Maeda (Foto: Ikhwanul Habibi) ☠
Nishimura bercerita, ayahnya dinyatakan tidak bersalah oleh Mahkamah Militer Jepang. Namun, Maeda malah memilih mundur dari dunia militer dan menjadi rakyat biasa.
"Ayah saya dinyatakan bebas dan memutuskan untuk mundur dari politik dan militer. Setelah itu menjalani hidup sebagai rakyat biasa," kata Nishimura dalam bahasa Jepang yang kemudian diterjemahkan dalam bahasa Indonesia.
Putra Laksamana Maeda itu membantah saat ayahnya disebut diseret ke Mahkamah Militer Jepang karena membantu mempersiapkan kemerdekaan Indonesia. Menurutnya, Maeda memang telah lama diincar untuk dijadikan kambing hitam kegagalan Jepang.
"Beliau diperkarakan bukan karena membantu Indonesia, tapi dari dulu ditarget sebagai petinggi militer dan harus dipersalahkan," tutur Nishimura yang datang untuk melihat rumah ayahnya yang dijadikan tempat perumusan Teks Proklamasi itu. (kha/mad)
☠ detik
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.