Pelaku penyerangan di istana Istanbul diduga adalah para militan dari kelompok sayap kiri Turki. (Reuters/Murad Sezer)
Istana negara di Istanbul, Turki, diserang kelompok bersenjata pada Rabu malam (19/8). Sementara itu serangan bom lainnya juga terjadi di Turki, menewaskan delapan orang tentara.
Diberitakan Reuters, dua orang bersenjata menyerang Istana Dolmabahce yang merupakan kediaman perdana menteri di Istanbul dan lokasi wisata itu dengan granat tangan dan senapan otomatis. Seorang polisi terluka dalam insiden itu.
Keduanya berhasil ditangkap aparat. Belum diketahui dari kelompok teroris mana mereka berasal. Namun catatan polisi menunjukkan keduanya pernah ditahan karena terlibat penyerangan oleh kelompok sayap kiri Front Tentara Pembebasan Rakyat, DHKP-C.
Awal bulan ini DHKP-C mengklaim penyerangan di gedung Konsulat Amerika Serikat di Istanbul, melukai dua orang wanita. Salah seorang penyerang terluka dalam peristiwa itu.
Di saat bersamaan Rabu kemarin terjadi ledakan bom di Provinsi Siirt, menewaskan delapan orang tentara. Pelaku yang meletakkan bom di pinggir jalan itu diketahui adalah para militan dari Partai Pekerja Kurdistan, PKK.
Sesaat setelah serangan bom tersebut, Turki menurunkan jet F-16 untuk menggempur markas PKK di sepanjang perbatasan dengan Irak, seperti disampaikan oleh koran Hurriyet.
Kisruh keamanan di Turki meningkat setelah negara anggota NATO itu menyatakan perang terhadap teror dan membuka pangkalan udaranya bagi jet tempur Amerika Serikat dalam melancarkan serangan ke lokasi yang dikuasai ISIS di Irak dan Suriah.
Turki juga belakangan gencar melakukan serangan udara terhadap para militan Kurdi, menahan lebih dari 2.500 anggota kelompok radikal Kurdi, sayap kiri dan organisasi Islam radikal.
Dalam dua hari terakhir, aparat keamanan telah menewaskan 18 militan PKK dalam bentrokan di provinsi Diyarbakir.
Kelompok militan yang mengaku berbaiat pada ISIS muncul dalam sebuah video pekan ini, menyerukan rakyat Turki untuk memberontak terhadap pemerintahan Recep Tayyip Erdogan dan menaklukkan Istanbul.
Gejolak keamanan di Turki juga terjadi di tengah konflik politik. Sehari sebelumnya Perdana Menteri Ahmet Davutoglu menyatakan tidak mampu membentuk pemerintahan baru setelah perundingan koalisi dengan oposisi gagal.
Kemungkinan Turki akan segera melakukan pemilu baru dalam beberapa bulan ke depan. (den)
Istana negara di Istanbul, Turki, diserang kelompok bersenjata pada Rabu malam (19/8). Sementara itu serangan bom lainnya juga terjadi di Turki, menewaskan delapan orang tentara.
Diberitakan Reuters, dua orang bersenjata menyerang Istana Dolmabahce yang merupakan kediaman perdana menteri di Istanbul dan lokasi wisata itu dengan granat tangan dan senapan otomatis. Seorang polisi terluka dalam insiden itu.
Keduanya berhasil ditangkap aparat. Belum diketahui dari kelompok teroris mana mereka berasal. Namun catatan polisi menunjukkan keduanya pernah ditahan karena terlibat penyerangan oleh kelompok sayap kiri Front Tentara Pembebasan Rakyat, DHKP-C.
Awal bulan ini DHKP-C mengklaim penyerangan di gedung Konsulat Amerika Serikat di Istanbul, melukai dua orang wanita. Salah seorang penyerang terluka dalam peristiwa itu.
Di saat bersamaan Rabu kemarin terjadi ledakan bom di Provinsi Siirt, menewaskan delapan orang tentara. Pelaku yang meletakkan bom di pinggir jalan itu diketahui adalah para militan dari Partai Pekerja Kurdistan, PKK.
Sesaat setelah serangan bom tersebut, Turki menurunkan jet F-16 untuk menggempur markas PKK di sepanjang perbatasan dengan Irak, seperti disampaikan oleh koran Hurriyet.
Kisruh keamanan di Turki meningkat setelah negara anggota NATO itu menyatakan perang terhadap teror dan membuka pangkalan udaranya bagi jet tempur Amerika Serikat dalam melancarkan serangan ke lokasi yang dikuasai ISIS di Irak dan Suriah.
Turki juga belakangan gencar melakukan serangan udara terhadap para militan Kurdi, menahan lebih dari 2.500 anggota kelompok radikal Kurdi, sayap kiri dan organisasi Islam radikal.
Dalam dua hari terakhir, aparat keamanan telah menewaskan 18 militan PKK dalam bentrokan di provinsi Diyarbakir.
Kelompok militan yang mengaku berbaiat pada ISIS muncul dalam sebuah video pekan ini, menyerukan rakyat Turki untuk memberontak terhadap pemerintahan Recep Tayyip Erdogan dan menaklukkan Istanbul.
Gejolak keamanan di Turki juga terjadi di tengah konflik politik. Sehari sebelumnya Perdana Menteri Ahmet Davutoglu menyatakan tidak mampu membentuk pemerintahan baru setelah perundingan koalisi dengan oposisi gagal.
Kemungkinan Turki akan segera melakukan pemilu baru dalam beberapa bulan ke depan. (den)
♖ CNN
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.